Surabaya, CNN Indonesia

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan atau Zulhas mengaku tak masalah bila NasDem, PKB atau bahkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bergabung ke koalisi pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Menurutnya, menang atau kalah dalam sebuah kontestasi politik hal biasa. Tak perlu pakai perasaan. Apalagi sampai menganggapnya laiknya pertaruhan hidup dan mati.

“Iya ini lah, saya kira memberikan pelajaran penting bagi kita dan bagi masyarakat bahwa pemilu-pilpres itu biasa, proses politik, jangan baper. Jangan dibawa seperti hidup dan mati,” kata Zulhas usai rakorwil dan halalbihalal PAN Jatim di Hotel Vasa, Surabaya, Selasa (30/4).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zulhas kemudian menyontohkan, PAN juga bergabung koalisi pemerintahan Presiden Jokowi, meski pada Pilpres 2019 lalu dia merupakan bagian dari koalisi pengusung calon yang kalah.

“Biasa nanti kalau kalah, ya yang kalah gabung yang menang, kemarin saya kan kalah kemarin [saat Pilpres 2019], gabung ke [koalisi] Pak Jokowi,” ucapnya.

Kini gantian, Zulhas menyebut PAN merupakan bagian dari koalisi pengusung Prabowo-Gibran yang menang. Maka tak masalah bila partai dari koalisi yang kalah bergabung ke kubu yang menang.

“Sekarang [partai] saya yang menang nih [koalisi] Pak Prabowo, kemarin yang kalah gabung sama kita, ya enggak masalah, ya biasa saja,” ujar dia.

Ia pun mengaku tak khawatir jatah kursi PAN terancam berkurang, bila partai lain di luar koalisi awal bergabung ke koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran.

“Lho, jatah atau kepentingan Indonesia? Kan kita milih kepentingan Indonesia yang lebih besar, kita memilih kepentingan Indonesia menjadi negara maju, kita memilih kepentingan rakyat lebih baik, makmur, sejahtera. Kita memilih persatuan, ya kan, itu yang kita pilih, yang kita pilih tentu based on national interest, merah putih,” pungkasnya. 

Sebelumnya, Sekjen Partai Gelora Mahfuz Sidik menolak PKS gabung ke koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran. Ia menilai PKS kerap mengeluarkan narasi yang mengadu domba dan membelah masyarakat.

Mahfuz mencontohkan PKS selama masa kampanye Pilpres 2024 juga kerap melakukan serangan negatif ke Gibran serta Presiden Jokowi.

PKS dan Gelora berada di kubu yang berbeda di Pilpres 2024 lalu. PKS mengusung Anies-Muhaimin bersama NasDem dan PKB. Sementara Gelora merupakan salah satu parpol pendukung Prabowo-Gibran di Koalisi Indonesia Maju.

Merespons hal itu, politikus PKS, Mardani Ali Sera berharap agar partainya bisa tetap menjadi oposisi pada pemerintahan mendatang di bawah Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

“Proposalnya kita sama Mas Anis [Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora] beda. Dan visinya beda. Kalau saya, oposisi,” kata Mardani saat dihubungi, Senin (29/4).

Menurut dia, keberadaan oposisi sehat bagi demokrasi. Mardani ingin PKS tetap menjaga pemerintah dari luar agar tetap bekerja untuk masyarakat.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman menyebut selalu ada titik temu soal penolakan dari Partai Gelora atas PKS jika ingin bergabung ke koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran.

Ia berpendapat hal itu akan menemui titik temu jika seluruh pihak berbicara mengenai kepentingan bangsa dan negara.

Di sisi lain, Sekjen Partai Bulan Bintang (PBB) Afriansyah Noor menyerahkan sepenuhnya soal persoalan PKS dan Gelora ke Prabowo selaku presiden terpilih. Menurutnya, Prabowo lebih paham soal itu.

“Semua kembali ke Prabowo-Gibran sebagai pemimpin. Prabowo lebih paham PKS,” kata Afriansyah lewat pesan singkat, Senin (29/4).

(frd/DAL)

[Gambas:Video CNN]





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *